Sejumlah perusahaan Cryptocurrency exchange telah mendukung tentang penyebaran tenaga kerja sejak protokol ‘Rencana Darurat Virus Corona’ diluncurkan. Saat ini perusahaan di seluruh dunia sedang berjuang untuk mengembangkan protokol tersebut karena kondisi yang semakin pandemi. Sebelumnya para investor global lebih mengkhawatirkan kondisi ketika pasar modal merosot, sehingga saat wabah virus Corona muncul belum terlalu berimbas atau terjadi pada exchange tersebut. Melainkan semua bisnis tetap berjalan seperti biasanya.
Namun karena semakin pandemi nya virus Corona, beberapa perusahaan akhirnya menyuruh tenaga kerjanya untuk tetap/tinggal di rumah. Bahkan ada beberapa perusahaan yang berdebat kapan harus menutup kantornya karena hal tersebut. Padahal sebenarnya dalam dunia industri yang mana ditentukan oleh desentralisasi, protokol penyebaran tenaga kerja seharusnya sudah dijadikan sebagai pedoman. Sehingga tidak heran jika sebagian perusahaan sudah ada ‘Rencana Darurat Virus Corona’.
Seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Binance dan Kraken, dimana sebagian besar tenaga kerjanya sudah bekerja dari jarak jauh selama bertahun-tahun. Sehingga kedua perusahaan tersebut tidak perlu menutup kantor pusatnya. Perusahaan Binance sendiri bekerja dengan sistem cara terdesentralisasi, dimana anggota timnya yang tersebar di berbagai wilayah dan negara. Sehingga tidak begitu jelas di mana tepatnya markas besarnya Binance berbasis, dan hal ini lah yang dijadikan aset dari perusahaan tersebut. Sebab menurutnya ketika suatu peristiwa terjadi seperti adanya epidemi wabah virus Corona, exchange pun tidak terpengaruh karena memang tenaga kerja perusahaan tersebut sudah bekerja secara jarak jauh dan berkelompok selama lebih dari 2 tahun.
Berbeda dengan perusahaan Kraken yang memutar pandemi virus Corona menjadi peluang dalam perekrutan dan juga publisitas, yang mana mereka mengatakan bahwa “Para pekerja yang terdesentralisasiakan ’berkembang pesat’ walaupun meningkatnya kekhawatiran Internasional”. Pada dasarnya Kraken memang sudah memiliki strategi kehancuran global dan pandemi survival sejak pendiriannya di tahun 2011, dan caranya tersebut ternyata saat ini berkembang. Begitu pula dengan Pertukaran Bitcoin Peer-to-Peer Hodl mereka mengatakan bahwa tidak memiliki kantor pusat, jadi sejak awal memang sudah didistribusikan dari jarak jauh.
Tetapi sebenarnya tidak semua perusahaan Crypto memiliki opsi tersebut, karena banyak yang tetap terikat pada kantor pusat. Sehingga mereka bergegas untuk membuat kebijakan terkait kondisi yang terjadi ketika virus Corona sampai di tempat mereka. Sebagai contoh, perusahaan Coinbase membuat daftar rencana darurat dengan menutup kantor dan membuat tenaga kerjanya bekerja dari jarak jauh (tergantung perkembangan wabah di sekitar tempat tinggal dan bekerja). Perusahaan Blockchain dan exchange di Tiongkok sendiri yang menjadi tempat awal wabah ada, harus membatalkan event networking dan mendorong tenaga kerja untuk bekerja dari jarak jauh serta menunda peningkatan teknologi.
Bahkan Global Currency Organization (GCO) yang berbasis di California memberikan tanda siaga tingga sejak virus Corona dilaporkan, yang mana tim dalam pengembangan stablecoin atau cryptocurrency (USD) dibubarkan segera dan membatalkan semua perjalanan ke wilayah Asia-Pasifik bahkan domestiksekalipun. Jadi semua rencana darurat yang dilakukanbaik itu sistem penyebaran tenaga kerja atau menutup kantor, sebenarnya demi kebaikan dan kesehatan para tenaga kerja di perusahaan crypto.