Kabar bahwa virus corona telah menyebar ke dua orang di Amerika Serikat (AS), pasar saham mengambil pukulan terbesar minggu ini. Pasar turun sebanyak 1 persen penuh dan Bitcoin pun mengikutinya. Berita kasus dua orang di AS itu dikonfirmasi Pusat Pengendalian Penyakit (CDC). Kedua orang itu baru dari Wuhan, China, dan telah terinfeksi. Sementara 63 dugaan orang lainnya sedang diuji.
Wabah ini begitu menyakitkan seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek. Seharusnya berjalan normal dan perdagangan antara China can AS seharusnya cukup tinggi. Tapi peristiwa ini telah membatasi bisnis dan perjalanan internasional antara mereka. Ekonomi China juga merasakan beratnya kabar-kabar tersebut. Perusahaan AS di China seperti Disney dan McDonalds pun menutup bisnis mereka untuk sementara waktu.
Mundurnya saham-saham itu agak berbeda dengan kerugian Bitcoin. Rally Bitcoin telah membawa aset mendekati 9.000 dolar AS. Jumlah ini masih jauh dari pencapaian tertinggi sepanjang masa (ATH). Meskipun kemundurannya relatif besar, tampaknya mencerminkan kembali menuju tingkat dukungan seperti sebelumnya. Di sisi lain, saham telah mencatat ATH dramatis dalam beberapa pekan terakhir.
Penarikan kembali saham lebih berkemungkinan terkait dengan over valuasi bruto dari pada hasil virus corona itu sendiri. Menurut analis, pasar telah melihat euforia yang tidak realistis dalam beberapa hari terakhir dan penurunan yang diperkirakan telah terjadi. Namun ketika saham mundur karena berita dan penilaian yang berlebihan.
Bitcoin mungkin akan mendapatkan keuntungan jangka pendek. Bahkan jika pasar tetap relatif stabil dengan kerugian kecil. Investor pun berkemungkinan akan mulai mengambil keuntungan . Yaitu dengan pasar yang mencari tempat untuk memindahkan keuntungan setelah tahun yang kuat, sehingga investor dapat melihat Bitcoin sebagai hedge atau lindung nilai.
Selain itu, virus corona juga memperlihatkan adanya kerapuhan yang relatif dalam keuangan internasional. Kemampuan Bitcoin untuk bergerak melintasi perbatasan internasional, dengan mudah dapat menyediakan jenis mekanisme keuangan yang diperlukan selama krisis yang viral ini.
Sementara itu, Changpeng Zhao, pengusaha China-Kanada, CEO pertukaran crypto binance terbesar di dunia, mengungkapkan dalam akun Twitter miliknya bahwa perusahaannya berjanji akan menyumbang 1,5 juta dolar AS untuk membantu para korban virus corona.
Tapi dalam hal ini, Zhao nampaknya menolak menggunakan aset crypto. Baginya, tidak realistis untuk menggunakan crypto untuk wabah di Wuhan tersebut. Ini membuat perusahaan Binance sebagai yang memulai inisiatif amal untuk membantu para korban virus corona di China.
“Kami tidak membuat pengumuman apapun. Tetapi tim BCF/Binance telah sibuk selama beberapa hari terakhir. Masih membutuhkan bantuan untuk mengatur logistik lokal,” ujar Zhao.
Ini bukan pertama kalinya Binance melakukan amal. Pada 2018, mereka menyumbang 1 juta dolar AS untuk membantu dampak banjir besar di Jepang Barat. Bahkan perusahaan crypto pertama ini juga memiliki badan amalnya sendiri.