Kanalcoin.com – CEO Tesla, Elon Musk, menanggapi diskusi yang terjadi dalam Pemerintah Amerika Serikat. Menurut Elon Musk, diskusi panas tersebut mengenai permasalahan ruang crypto yang saat ini sedang hangat diperbincangkan.
Hal tersebut sejalan dengan pengesahan amandemen atas UU mengenai pajak crypto terhadap tagihan infrastruktur dengan nilai mencapai $1 triliun. Pengesahan yang dilakukan oleh Gedung Putih, Washington tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, seperti industry crypto dan beberapa anggota parlemen.
Menurut laporan News.Bitcoin.com yang dilansir Kanalcoin.com, Musk menyikapi salah satu cuitan yang dibuat oleh CEO Coinbase, Brian Armstrong, pada akun Twitter pribadinya. Dalam cuitannya, Armstrong menyatakan ketidaksetujuannya mengenai perubahan pada peraturan pajak kripto yang dibuat oleh Pemerintah AS.
“Dalam pembuatan aturan mengenai kripto, ada baiknya keputusan tersebut didasarkan pada seleksi dari teknologi dasar kripto untuk menentukan mana yang baik untuk digunakan dan mana yang tidak,“ ujar Armstrong.
Sejalan dengan cuitan Armstrong tersebut, Elon Musk menyikapinya dengan memberikan komentar kalau dirinya sepakat dengan CEO Coinbase tersebut. Musk juga menekankan kalau pengambilan keputusan mengenai teknologi kripto bukan ajang untuk menentukan siapa pemenang dan siapa yang kalah.
“Sependapat denganmu, dalam penggunaan teknologi cryptocurrency, pengambilan keputusan tersebut bukan tentang menentukan siapa yang jadi pemenang maupun pecundang,” kata Musk.
Lebih jauh, CEO Tesla tersebut juga memberikan komentar lain bahwa peraturan mengenai mata uang kripto yang dibuat tergesa-gesa menjadi sebuah keterpaksaan
“Pembuatan regulasi pajak crypto yang dibuat dengan tergesa-gesa adalah sebuah keterpaksaan,” tutur Musk.
Masih menurut laporan News.Bitcoin.com, pada Sabtu (7/8/2021) waktu setempat, Senator Warner melakukan revisi atas amandemen undang-undang pajak kripto yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan Warner tersebut didasari karena menuai menuai kecaman yang berasal dari kalangan industri crypto maupun para anggota parlemen lain.
Dalam revisi tersebut, Warner, yang merupakan pencetus amandemen undang-undang pajak crypto itu, tidak membatasi pengecualian validator untuk proof-of-work. Akan tetapi, Warner tetap mempertahankan ketentuan bahwa validator harus tetap melaporkan transaksinya kepada Internal Revenue Service (IRS) atau lembaga pajak Amerika Serikat.
Revisi tersebut rupanya kembali memancing Armstrong untuk memberikan peringatan kepada pemerintahan AS. Dalam sebuah pernyataan, Armstrong mengatakan kalau teknologi blockchain bisa saja ‘pergi’ dari Amerika Serikat dan akan lebih berkembang di negara lain, seperti China.
“Kita akan melihat perkembangan masa depan teknologi blockchain bergerak ke luar negeri ke negara-negara, seperti China yang saat ini merangkulnya,” ujar Armstrong.
Armstrong juga menegaskan kalau peraturan yang kontra terhadap mata uang kripto akan membuat Amerika Serikat tertinggal secara perkembangan finansial. Terlebih lagi, mata uang kripto saat ini menjadi salah satu aset dan industri yang sedang berkembang pesat.
“Jika AS gagal untuk merangkul inovasi yang terjadi di crypto, itu berisiko menjadi keterbelakangan finansial, kehilangan salah satu sektor ekonomi yang tumbuh paling cepat. Bayangkan jika kita ketinggalan internet, dan perusahaan internet terbesar telah dibangun di luar negeri,” ucap Armstrong mengakhiri.
(*)