Jumlah Bitcoiner sepertinya akan terus bertambah hingga tahun 2021 nanti. Hal ini didasarkan pada survey yang baru saja dilakukan oleh organisasi penasihat keuangan, deVere Group. Survei tersebut menunjukkan kalau Bitcoin semakin popular di kalangan jutawan.
Pasalnya, ada sekitar 73 persen jutawan yang mengikuti survey dari DeVere Group tersebut yang mengaku ingin memiliki aset digital sebelum akhir 2022. Survei tersebut diikuti oleh sekitar 700 responden dengan status penghasilan tinggi.
Dari hasil survei yang ada menunjukkan bahwa hampir tiga perempat responden sudah punya dan berniat untuk memiliki aset digital sebelum akhir tahun 2022. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai angka 68 persen.
Kriteria responden yang diikutkan dalam survey tersebut adalah siapa pun yang memiliki kekayaan dan penghasilan di atas 1 juta pounds atau setara dengan 1,32 dolar Amerika Serikat. Wilayah asal dari para responden juga beragam, mulai dari Amerika Serikat, Inggris, Asia, Afrika, Timur Tengah, Australia, dan Amerika Latin.
Dilansir Kanalcoin.com dari Cointelegraph, CEO DeVere Group, Nigel Green, menyebut bahwa pertumbuhan nilai dari Bitcoin menjadi salah satu daya tarik banyaknya orang berduit ingin berinvestasi di sektor mata uang kripto.
Bahkan, Bitcoin mengalami peningkatan kinerja sampai 125 persen pada tahun ini yang merupakan aset dengan kinerja terbaik tahun ini.
“Seperti yang ditunjukkan oleh survei, kinerja yang mengesankan ini menarik perhatian investor kaya yang semakin memahami bahwa mata uang digital adalah masa depan uang dan mereka tidak ingin ditinggalkan masa lalu,” ucap Green.
Green juga menambahkan kalau ketertarikan institusi-institusi tertentu terhadap Bitcoin menjadi salah satu faktor yang mampu melonjakkan kinerja Bitcoin tahun ini.
“Tidak diragukan lagi bahwa banyak dari HNW yang disurvei ini telah melihat bahwa pendorong utama lonjakan harga adalah meningkatnya minat yang diungkapkan oleh investor institusional yang memanfaatkan keuntungan tinggi yang ditawarkan kelas aset digital saat ini,” tutur Green.
Salah satu institusi yang membuat lonjakan harga Bitcoin cukup tinggi adalah JPMorgan Chase. Hal itu dikarenakan, JPMorgan sebelumnya sempat menjadi pihak yang kontra dengan Bitcoin melalui CEO-nya, Jamie Dimon.
Bahkan, Dimon sempat menyebut Bitcoin sebagai penipuan pada 2017. Namun, JPMorgan pada akhirnya merangkul aset digital tersebut dan Dimon sendiri disebut mulai mendukung teknologi blockchain akhir-akhir ini.
Dimon menyebut bahwa teknologi blockchain dan mata uang kripto bias dipercaya dan harus didukung keberadaannya. Akan tetapi, tetap perlu ada regulasi yang mengatur hal tersebut.
Sementara itu, laporan hasil survei ini muncul ketika total kapitalisasi Bitcoin menyentuh angka yang fantastis sepanjang sejarah, yakni $ 336 miliar. Selain itu, harga Bitcoin juga naik hingga mencapai lebih dari $ 18 ribu. Harga itu bahkan merupakan tertinggi kedua setelah rekor harga tertinggi sebesar $ 19,763 pada Desember 2017 lalu.
(*)