Know Your Costumer atau KYC adalah sebuah istilah yang sangat akrab dengan dunia perbankan dan keuangan. Singkatnya, KYC merupakan sebuah sistem keamanan preventif yang digunakan oleh industri perbankan dan keuangan.
Lantas, apa itu KYC? Mengapa KYC diperlukan dalam dunia mata uang kripto? Dan bagaimana cara melakukan proses Know Your Customer tersebut? berikut sedikit ulasannya untuk Anda.
Apa Itu KYC?
KYC adalah kepanjangan dari know your customer. KYC sendiri secara sederhananya merupakan proses pengenalan bank atau industri keuangan tertentu terhadap nasabah yang akan menggunakan jasa perusahaan mereka.
Hal tersebut juga terjadi pada dunia mata uang kripto yang mana perusahaan pengada mata uang kripto akan berusaha untuk mulai mengenal para pelanggannya melalui mekanisme know your costumer ini.
Tujuan dari adanya mekanisme know your customer ini adalah demi keamanan perusahaan dan juga nasabah. Dengan demikian, baik nasabah maupun perusahaan keuangan yang bersangkutan bisa aman dari berbagai tindakan kriminal.
Di Indonesia, proses KYC sendiri sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. KYC diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 18 Ayat 5.
Dalam UU tersebut, prinsip mengenal pengguna jasa atau know your costumer harus memuat identifikasi pengguna jasa, verifikasi pengguna jasa, dan pemantauan pengguna jasa. Biasanya, beberapa hal yang dibutuhkan dalam KYC ini, antara lain nama lengkap, kartu identitas (bisa berupa KTP/paspor), pekerjaan, dan mata uang kripto.
Mengapa Harus Ada KYC dalam Industri Crypto?
Seperti yang sudah disampaikan pada poin sebelumnya bahwa tujuan utama dari proses KYC dalam industri keuangan dan perbankan adalah mencegah munculnya tindakan kriminal kepada nasabah dan perusahaan keuangan itu sendiri.
Dengan mengetahui data yang dimiliki oleh nasabah atau pelanggan melalui mekanisme KYC, perusahaan bank atau keuangan, termasuk mata uang kripto, bisa mengetahui adanya potensi tindak kriminal, seperti pencucian uang, pendanaan terorisme, dan kejahatan lainnya.
Oleh karena itu, proses KYC ini sendiri menjadi hal yang wajib harus dilakukan oleh semua orang yang ingin mendapatkan layanan keuangan secara utuh. Berkas-berkas yang akan diminta oleh pihak bank atau perusahaan keuangan tergantung kebijakan mereka masing-masing. Namun, biasanya yang pasti dibutuhkan adalah kartu identitas nasabah.
Mekanisme KYC ini semakin ke sini mulai diadopsi oleh industri mata uang kripto. Para perusahaan mata uang kripto mulai menerapkan KYC pada nasabah, baik itu melalui kebijakan mereka sendiri atau dituntut oleh kebijakan pemerintah setempat.
Dengan adanya KYC, industri mata uang kripto yang bekerja di dunia blockchain yang sangat canggih mampu meminimalisir adanya potensi kejahatan siber.
Sampai saat ini, kejahatan siber di dunia blockchain sudah sangat tinggi. Dengan adanya KYC ini, harapannya nasabah dan perusahaan bisa merasa aman dari potensi munculnya akun-akun palsu dan para penjahat siber.
Selain itu, mekanisme know your customer pada bursa sendiri adalah untuk menghindarkan diri dari berbagai risiko yang bisa muncul dalam praktik bisnis mereka, seperti transaksi nasabah, risiko hukum, reputasi, dan operasional.
Bursa mata uang kripto juga membutuhkan data dari pelanggan yang didapat melalui mekanisme KYC untuk melaporkan transaksi yang telah terjadi dalam perusahaan mereka kepada pihak berwenang yang ada di masing-masing negara.
Cara Kerja KYC di Dunia Kripto
Dalam dunia perbankan, KYC bisa dilakukan dengan dua cara, yakni online dan offline. Proses pertama dari KYC biasanya dilakukan dengan mengumpulkan data lengkap calon nasabah, seperti nama lengkap, nomor identitas, tanggal lahir, alamat, dan lain-lain.
Caranya pun juga beragam, kadang ada KYC yang hanya membutuhkan dokumen atau identitas melalui online. Namun, ada juga yang harus melakukan panggilan video/pertemuan langsung dan pemeriksaan latar belakang nasabah secara lengkap.
Biasanya, panggilan video/pertemuan langsung dan pemeriksaan latar belakang bertujuan untuk mengetahui risiko yang harus bank ambil jika menerima nasabah seperti Anda.
Jika sudah melakukan KYC, bank akan melakukan proses customer due diligence (CDD). CDD ini merupakan proses yang lebih dalam untuk mengetahui berbagai riwayat transaksi calon nasabah, informasi soal daftar sanksi, risiko korupsi, risiko pencucian uang, dan politically exposed person (PEP).
Setelah itu, baru pihak perusahaan bank akan selalu memeriksa transaksi yang dilakukan nasabah untuk memastikan tidak ada risiko korupsi, tindakan kriminal, atau pergerakan mencurigakan dalam rekening nasabah.
Sementara itu, untuk industri mata uang kripto, KYC yang diterapkan bisa jadi berbeda dan harus disesuaikan dengan aturan negara yang ada. Dengan demikian, KYC yang diterapkan dalam industri mata uang kripto tidak akan seragam dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Tiap industri kripto akan sangat terpengaruhi dengan kebijakan negara tempat perusahaan tersebut berdomisili soal pengecekan data dari calon nasabah mereka. Sampai saat ini, sudah ada beberapa perusahaan dan negara yang menerapkan KYC dalam industri kripto.
(*)