Pengertian ICO, IEO, dan STO dalam Dunia Blockchain

Pengertian ICO, IEO, dan STO

Share :

Bagi Anda yang sudah akrab dengan dunia investasi, baik saham maupun token digital, istilah ICO, IEO, dan STO mungkin sudah tidak asing lagi. Namun, bagi Anda yang baru saja mulai terjun ke dalam dunia investasi, terutama investasi token digital, tiga istilah tersebut tentu masih menjadi hal yang asing didengar di telinga Anda.

Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini, kami akan sedikit menjelaskan mengenai tiga istilah dasar dalam dunia blockchain tersebut. Tujuannya adalah supaya Anda mengetahui dasar-dasar dalam dunia blockchain. Selain itu, Anda bisa memiliki dasar untuk menentukan dan memilih tempat investasi token digital yang akan Anda gunakan.

Lantas, apa itu ICO, IEO, dan STO dalam dunia blockchain? Berikut penjelasannya untuk Anda.

Initial Coin Offerings (ICO)

Initial Coin Offerings atau ICO sederhananya disebut sebagai sarana pengumpulan dana untuk proyek-proyek blockchain. Dengan kata lain, ICO merupakan sumber modal bagi para pembuat proyek teknologi blockchain.

ICO secara fungsi sebenarnya mirip dengan Initial Public Offerings atau IPO. IPO sendiri merupakan istilah yang digunakan oleh perusahaan ketika pertama kali perusahaan melepas saham milik mereka ke publik. Saham yang dilepas kepada publik ini nantinya akan menjadi modal bagi perusahaan. Sebelum saham tersebut dilepas, saham yang dimiliki oleh perusahaan itu merupakan saham milik pribadi.

Para pemilik saham nantinya akan mendapatkan keuntungan yang didapat dari keuntungan proses. Keuntungan perusahaan ini nantinya akan didapatkan dari proses produksi dan penjualan produk barang atau jasa dari perusahaan yang melepas saham tersebut.

Akan tetapi, ICO memiliki sedikit perbedaan dengan IPO. Para pengembang aplikasi berbasis teknologi blockchain menggunakan istilah ICO dengan membagikan token kepada para pemilik dana. Token yang dimiliki oleh para pemilik dana ini nantinya berfungsi tidak seperti saham. Para pemilik token hanya akan mendapatkan keuntungan jika proyek blockchain yang dibangun berhasil.

Selain itu, ICO tidak memberikan hak otoritas secara jangka panjang kepada para pemilik token. Para pemlik token juga tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam proses pelaksanaan proyek. Para pemilik token hanya berperan sebagai pemberi modal kepada para pengembang aplikasi berbasis teknologi blockchain.

Dengan demikian, ICO memiliki tingkat keamanan yang bisa dibilang kurang. Hal tersebut dikarenakan para pengembang aplikasi berbasis teknologi blockchain memiliki peluang untuk menipu para pemilik dana. Terlebih lagi, sistem ICO memiliki sistem desentralisasi yang memungkinkan banyak orang untuk berpartisipasi.

Sedikitnya modal dan persiapan yang dibutuhkan oleh para pengembang aplikasi berbasis teknologi blockchain mengakibatkan banyak penipuan dengan memanfaatkan ICO. Bahkan, di beberapa negara, sudah sering muncul penipuan atau yang sering disebut scam dengan berkedok ICO.

Initial Exchange Offerings (IEO)

Banyaknya penipuan yang dialami oleh para pemilik dana atau investor lewat ICO membuat para developer atau pengembang aplikasi teknologi blockchain mulai menggunakan sistem baru. Dari fenomena itu muncullah sistem bernama Initial Exchange Offerings atau IEO.

IEO sendiri merupakan ICO yang tidak berbasis pada hubungan langsung antara pengembang aplikasi dengan pemilik dana. IEO melibatkan exchange yang berperan sebagai perantara untuk jual beli token antara para pengembang aplikasi dengan para pemilik dana.

Para pengembang aplikasi berbasis teknologi blockchain yang tidak abal-abal memang cukup terganggu dengan munculnya berbagai model penipuan atau scam yang menggunakan ICO. Hal tersebut membuat para pengembang atau developer mulai kesulitan untuk mendapatkan dana dari para pemilik dana atau investor.

Selain itu, keamanan yang ditawarkan oleh IEO membuat investor atau para pemilik dana merasa lebih nyaman untuk mendapatkan token tanpa adanya penipuan. Untuk mendapatkan token dari para developer, para investor harus terlebih dahulu memiliki akun di exchange yang menyediakan token dari para developer.

Bagi para developer, penggunaan IEO akan membuat proyek yang sedang dikembangkan atau dibuat oleh para developer lebih terlihat legit dan terpercaya. Hal tersebut dikarenakan proyek yang masuk ke dalam exchange akan dipandang sebagai proyek yang memiliki dana besar. Proyek yang memiliki dana besar biasanya merupakan proyek yang terpercaya dan akan memiliki nilai besar. Nilai besar yang dimiliki oleh suatu proyek akan memberikan gambaran kepada para investor bahwa keuntungan yang mereka dapatkan juga akan besar.

Bagi para investor, penggunaan IEO dalam pengembangan proyek aplikasi berbasis teknologi blockchain akan membuat investor atau para pemilik dana memiliki rasa keamanan yang terjamin. Hal tersebut dikarenakan proyek yang masuk ke dalam exchange sudah diverifikasi terlebih dahulu oleh para exchange. Selain itu, nama besar exchange akan dipertaruhkan jika ada indikasi penipuan terhadap para pemilik dana atau investor. Dengan demikian, para investor akan lebih percaya untuk membeli token dari exchange.

Selain bagi para investor dan developer, munculnya IEO ini juga memiliki keuntungan bagi pemilik exchange market itu sendiri. Biasanya, antara exchange dengan developer memiliki kontrak tersendiri untuk memperdagangkan proyek developer. Kontrak tersebut biasanya bernilai sangat besar dan bisa menambah pemasukan dari exchange market. Selain itu, adanya proyek yang diperdagangkan melalui exchange akan menambah peluang token yang mereka miliki laku dan menambah kredibilitas serta pemasukan dari exchange itu sendiri.

Kendati memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan ICO, IEO juga memiliki beberapa kekurangan yang lebih banyak berdampak kepada exchange market dan para developer.

Bagi para investor, kerugian yang dirasakan hanya akan terjadi jika developer yang menawarkan proyek melakukan scam. Uang yang dimiliki oleh para investor akan hilang. Namun, ketika terjadi scam, nama besar exchange market yang menjadi perantara akan sangat dipertaruhkan. Bahkan, perusahaan exchange yang bersangkutan bisa saja bangkrut dan tak beroperasi lagi.

Hal tersebut dikarenakan perusahaan exchange tersebut bisa saja diperkarakan oleh para investor. Selain itu, perusahaan exchange market itu harus melakukan ganti rugi kepada para investor yang sudah membeli lewat exchange market tersebut. Belum berhenti di situ, nama exchange market yang sudah tercemar akan membuat exchange market tersebut kesulitan untuk mencari investor pada kesempatan selanjutnya. Tak hanya kesulitan mencari investor, para developer pun juga akan ragu untuk menawarkan kerja sama dengan mereka karena takut tidak mendapatkan investor.

Sementara itu, bagi para developer, biasanya untuk memulai proyek melalui IEO akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal ini akan menjadi masalah besar bagi developer yang notabene masih merintis perusahaannya sendiri. Tentu, mereka harus mengumpulkan banyak dana terlebih dulu untuk menggunakan IEO. Mau tidak mau, mereka akan menggunakan ICO yang berpotensi dipandang sebagai scam bagi sebagian investor.

Secure Token Offerings (STO)

Secure Token Offerings atau STO adalah sistem yang bisa dikatakan memiliki keamanan paling baik dibandingkan dengan IEO maupun ICO. Hal itu dikarenakan STO biasanya dilindungi oleh payung hukum yang jelas dan pasti. Sementara itu, IEO dan ICO biasanya belum memiliki payung hukum yang jelas untuk melindungi berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.

Salah satu negara yang sudah mengeluarkan regulasi tentang STO adalah Amerika Serikat melalui SEC. Konsep yang digunakan dalam STO bisa dikatakan mirip dengan kepemilikan saham dalam perusahaan-perusahaan konvensional yang selama ini di pasar saham. Para investor memiliki hak kepemilikan dan otoritas atas perusahaan yang mereka beli tokennya.

Selain itu, para investor memiliki kesempatan untuk mengelola token mereka sendiri. Para investor memiliki kesempatan untuk membeli, menjual, atau menahan token yang sudah mereka bali dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, konsepnya sama seperti ketika para investor melakukan trading saham.

Namun, biaya sangat mahal yang harus dipenuhi perusahaan untuk menggunakan STO kadang bisa dibilang sangat membebani. Oleh karena itu, ada beberapa perusahaan yang menggunakan konsep campuran antara ICO dan STO dalam penggalangan dananya. Konsep ini disebut dengan Production-Oriented Token Sales.

Cara hybrid atau persilangan ini bisa dibilang cara yang cukup ampuh bagi perusahaan untuk menggalang dana dengan menghemat biaya mereka. Namun, ada cost lain yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan token mereka. Terlebih lagi, ICO sudah cukup lama tidak dilirik oleh investor karena keamanan yang kurang terjamin.

Itu tadi sekilas penjelasan mengenai beberapa istilah dasar di dunia blockchain, khususnya ICO, IEO, dan STO. Setelah mengetahui istilah-istilah tersebut ICO, IEO dan STO, harapannya Anda bisa lebih bijaksana dalam mempertimbangkan untuk berinvestasi di dunia token digital.

Semoga bermanfaat dan terima kasih. Sampai jumpa di artikel-artikel berikutnya.

(*)

Redaksi Media
Author: Redaksi Media

Cryptocurrency Media

Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments